Label

Tampilkan postingan dengan label Assignment. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Assignment. Tampilkan semua postingan

Senin, 04 April 2011

Layanan Pendidikan Khusus Bakat Seni dan Olahraga

Scratch 3
22 Maret 2011

Anak Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (CI+BI) biasanya identik dengan dunia sains atau pengetahuan eksakta. Mereka terkesan jauh dengan pengetahuan yang berbau sosial karena seiring dengan karakteristik mereka yang berbeda dengan anak seusianya. Namun tak menutup kemungkinan bahwa anak CI+BI juga memiliki kemampuan yang baik di dalam pengetahuan seperti Seni maupun Olahraga.

Apa saja kemampuan yang akan menjadi basic dalam kecerdasan Seni & Olahraga?
  1. Musikalitas, yaitu kepekaan, pengetahuan, bakat atau seorang ahli musik
  2. Artistic Abilities, yaitu menciptakan sesuatu tanpa bantuan apa-apa--merubah sesuatu yang buruk menjadi indah
  3. Practical Intelligence, yaitu kemampuan individu untuk menemukan hal-hal yang paling cocok antara mereka dan tuntutan lingkungan.
  4. Social Competence, yaitu keterampilan melibatkan responsif terutama kemampuan untuk mendapatkan tanggapan positif dari orang lain. Fleksibelitas, termasuk kemampuan untuk bergerak bolak-balik antara budaya primer dan budaya dominan (kompetensi lintas budaya) dan empati, peduli, krmampuan komunikasi, serta rasa humor.
Pada kecerdasan/bakat seni, terdapat 3 sub-bagian yaitu musik, tari, dan rupa.


Bagimanakah karakteristik ketiganya?

Karakteristik CI + BI Seni Musik  yaitu berperan secara spontan terhadap irama dan musik, menguasai nada dan peka terhadap nada, serta dapat mengerkspresikan keindahan musik dan berkonsentrasi pada musik hingga menghentikan aktifitas lain hanya untuk mendengarkan musik.

Pada Seni Tari, anak CI+BI mampu menyelesaikan tarian secara terfokus dan penuh percaya diri, mampu mengerakkan tubuh sesuai irama musik, menunjukkan kekuatan (power), fleksibilitas, keseimbangan, pengendalian tubuh dan yang terpenting mampu mengomunikasikan gagasan dan rasa melalui gerak sehingga dapat memberikan keindahan bagi yang melihatnya.

Dan terakhir karakteristik pada Seni Rupa, sejak usia dini mengekspresikan diri melalui bentuk gambar, objek benda atau instalasi, menggunakan gambar sebagai target hiburan dan biasanya dalam mencari ide mereka lebih suka menyendiri, dan menggunakan ingatan visual dan kinestetik dalam membuat gambar.

Bagaimanakah karakteristik CI+BI di bidang olahraga?
Pada bidang Olahraga dapat melakukan aktivitas olahraga dengan baik, kesadaran spasial yang bagus (ruang), memahami dengan baik kualitas dari gerakan dari sisi berat dan waktu, terampil dalam mengelola tubuh yang ditunjukkan oleh tingkat kontrol yang tinggi dan koordinasi, terampil menggabungkan gerakan dengan lancar, tepat dan akurat, mampu belajar, memahami dan mengadopsi aspek tekhnik dari olahraga yang sangat cepat., dan yang terpenting dalam bakat olahraga  yaitu mampu bekerja secara independen dan professional.

Semua bakat baik Seni maupun Olahraga merupakan proses kontinuitas yang bermula sejak usia dini dan berlanjut sepanjang karir pendidikan sehingga di perlukan layanan pendidikan khusus bagi mereka agar bakat dan kecerdasan yang mereka miliki dapat tersalurkan dengan baik bahkan dapat menjadi keistimewaan dalam bidang masing – masing dan tentu support baik dari keluarga maupun lingkungannya. Oleh karena itu seorang talent scouting terkadang diperlukan untuk mengidentifikasi bakat yang unik dan bernilai agar kedepannya bakat yang dimiliki sang anak dapat berguna.

Sabtu, 19 Maret 2011

Pendidikan Bagi Anak CI+BI

Scratch 2
15 March 2011

Akselerasi bukanlah hal yang asing lagi di telinga meskipun keberadaan sekolah yang menyediakan program akselerasi atau Gifted School masih sangat terbatas. Terbukti hanya ada 311 sekolah dari 260.471 sekolah yang menyediakan program kelas akselerasi. Anak yang masuk kategori cerdas istimewa dan berbakat istimewa (CIBI), mereka mempunyai kelebihan dengan rata-rata intelligence quotient (IQ) di atas 125 atau very superior. Selain potensi bawaan yang memang sudah secara genetik diturunkan, anak CI+BI memerlukan pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis sehingga membutuhkan lingkungan yang mengembangkan kreativitas, motivasi, dan juga task commitment. 

Bagaimanakah kita bisa mengetahui seorang anak termasuk dalam kategori CI+BI?

Terdapat karakteristik yang terlihat jelas pada usia dini anak CI+BI pada kemampuan verbalnya. Pada anak CI+BI, bahasa yang mereka gunakan cepat dan baik sesuai dengan kaidah perbahasaan sehingga mampu menyampaikan ide-idenya dengan baik. Anak CI+BI juga mempunyai minat tertentu yang menjadi fokus perhatiannya membuat anak CI+BI penasaran dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar, sehingga mereka senang mencari informasi dalam bentuk pernyataan. Cara anak CI+BI berinteraksi juga berbeda dengan anak lainnya. Mereka cenderung lebih senang berdiskusi dengan kelompok usia diatasnya dibanding rekan seusia dan senang memberikan kritik terhadap pertanyaan. Selain itu, anak CI+BI juga memiliki sensitivitas emosional yang tinggi--mampu menunjukkan dan memahami perhatiannya kepada orang lain karena merasa dirinya berbeda dengan anak lain di lingkungannya. Anak CIBI juga mempunyai selera humor yang tinggi

.

Berbagai perbedaan yang dimiliki anak CIBI ini membutuhkan perlakuan khusus dari guru di sekolah dan lingkungan kondusif yang memahami perbedaan yang dimilikinya. Pendidikan khusus CI+BI haruslah selaras dengan fungsi utama pendidikan dengan strategi pendidikan bersifat masal.

Berbagai keterbatasan seperti dana dalam mempersiapkan sumber daya manusia dan infrastruktur dalam membangun sekolah khusus anak CIBI membuat program layanan khusus bagi anak CIBI masih belum dapat mengakomodasi jumlah anak CIBI yang membutuhkan layanan ini.


By:
Mega P. Chalida
2525090081

Minggu, 27 Februari 2011

Pembelajaran Tari sebagai sebuah Profesi

Scratch 1
22 February 2011

           Berawal dari sebersit pemikiran, apa efektivitas pembelajaran seni terutama seni tari di sekolah? Toh pelajaran itu rasanya hanya sebagai pemenuh jam pada kurikulum dan murid-murid pun memandang sepele serta ogah-ogahan mengikuti pelajaran tersebut. Belum lagi hasil pembelajaran mata pelajaran ini secara kasat mata hanya berupa anak mengetahui gerak. Sehingga tumbuh paradigma bahwa untuk jenjang yang lebih tinggi, seni termasuk tari, tidak berguna bagi masa depan si anak.

Mengapa bisa dikatakan demikian?

Kita tak bisa menyalahkan masyarakat begitu saja akan ketakutan menseriusi dunia seni terutama tari. Yang tergambar jelas, salah satunya melalui media terutama media elektronik seperti TV, tari hanya sekedar suguhan atau "sekilas info" dari suatu acara. Belum lagi karena pesatnya pengaruh budaya Eropa yang membawa mode tari modern, ternyata masih belum bisa terakulturasi oleh masyarakat Indonesia, baik secara gerakan maupun kostumnya yang terkesan "terbuka" .

Kalau begini, jelas timbul asumsi bahwa pembelajaran tari di sekolah suatu yang sia-sia. Karena banyak orang awam berpandangan bahwa tari yang terpenting cantik, musik meriah, dan goyangannya. Jika anak anda senang menari, lebih baik gunakan saja jasa sanggar untuk membina anak tersebut. 

Jadi, untuk apa tetap mempertahankan tari sebagai sebuah keprofesian di bidang pendidikan sedangkan pembelajaran tari bisa saja dilakukan di sanggar-sanggar?

 
Kesenian sebagai produk merupakan hasil dari segala potensi manusia menyangkut cipta, rasa, dan karsa. Kesenian memiliki unsur keluhuran (nilai etis), unsur keindahan (estetik), dan hasil dari emosi (rasa) serta rasio (akal) manusia (Ki Hajar Dewantoro: 2002, 12-24).

          Berdasarkan ucapan Ki Hajar Dewantoro tersebut kita dapat menangkap bahwa pada dunia "sebenarnya", pembelajaran seni termasuk tari di dalamnya dapat membentuk kepribadian yang positif. Belum lagi dalam kurikulum IB (International Baccalaureate) yang digunakan di sekolah-sekolah internasional, beranggapan bahwa pelajaran seni tidak hanya sebagai media berekspresi (how we express ourself) tapi juga sebagai media anak melihat dunia bekerja (how the world works) sehingga kedua hal ini dapat membentuk sikap/kepribadian (attitude) anak ke arah yang positif.

Setiap pembelajaran memiliki 3 aspek, secara aspek psikomotor tentu dengan pembelajaran tari dapat meningkatkan kecerdasan bodly kineshtetic, secara kognitif anak diajarkan untuk berkonsentrasi pada relasi antara hitungan gerak, musik, dan pola lantai, dan terakhir secara afektif pembelajaran tari mengajarkan harmoni dalam perbedaan karena jika belajar tari Aceh maka semua murid baik dari jawa, ambon, papua, dll menjadi satu kesatuan dengan budaya Aceh.

Lalu jika kita meneliti, mengapa pembelajaran tari dewasa ini tidak bisa seperti itu lagi? Tentu kita akan menemukan berbagai alasan menyertai hal itu.


           Alasan yang paling utama adalah pengajar yang ada saat ini kebanyakan bukanlah lulusan di bidang seni sehingga tidak bisa memberikan materi seni dengan baik dan benar. Pelajaran Seni Budaya teergolong masih cukup baru sehingga waktu itu ahli di bidang seni masih sedikit sehingga sekolah sembarang memposisikan pengajar yang notabene bukan seni bidangnya.

Lalu sekarang, mahasiswa lulusan seni sudah banyak namun mengapa krisis pembelajaran ini masih ada?

Universitas yang membuka jurusan seni tidak hanya satu/dua. Ada cukup banyak universitas dengan jurusan seni sehingga tingkat persaingan semakin tinggi dan karena kebutuhan ekonomi yang mendesak, maka banyak lulusan yang memilih di bidang entertainment di banding menjadi guru karena lebih cepat menghasilkan uang. Dan masih banyak faktor-faktor lain yang menyebabkan krisisnya pendidikan seni di Indonesia.


           Maka dari itu, mahasiswa-mahasiswa jurusan seni calon guru, setidaknya memiliki kriteria seorang yang profesional agar hal ini dapat teratasi. Kelak mahasiswa harus menjadi sesorang yang spesialis dibidangnya, transparan, kompetitif, profesional, dinamis, juga adaptatif agar bisa menghadapi tantangan krisis pembelajaran seni.